Sejarah Jembatan Ampera - Palembang, Sumatera Selatan

Jembatan Ampera
Jembatan Ampera terletak diantara dua daratan di Kota Palembang Seberang Ulu dan Seberang Ilir, Sejak zaman Gemeente di tahun 1906, ide pembuatan jembatan telah ada.

Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk nama Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno.

Sebelumnya nama jembatan ampera dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.

Jembatan pun diresmi oleh Letjen Ahmad Yani, pada tanggal 30 September 1965. kemudian jembatan ini di namai dengan Jembatan Bung Karno. Namun pada tahun 1966 terjadi pergolakan gerakan Anti-Soekarno, Nama jembatan yang mengambil dari Nama Presiden RI pun di Rubah menjadi Jembatan Ampera yang artinya Amanat Penderitaan Rakyat.

Panjang jembatan ini adalah 1,117m , dengan Lebar jembatan 22m , dan tinggi kurang lebihnya 11,5m dari permukaan air. Jembatan tersebut memiliki bobot sekurangnya 944 Ton. Jembatan Ampera memiliki dua menara yang masing-masing tingginya adalah 63M Dari permukaan tanah. Menara tersebut digunakan sebagai mesin gerek untuk mengangkat bagian tengah pada jembatan ampera ketika ada kapal yang akan melintas.

mengangkat jembatan
Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.

Sejak tahun 1970, jembatan ampera sudah tidak lagi dinaikturunkan. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini, yaitu sekitar 30 menit, dianggap mengganggu arus lalu lintas antara dua daerah kota palembang yang dipisahkan oleh sungai musi dan juga akibat Pendangkalan sungai Musi tak banyak lagi Kapal-kapal besar bisa memasuki Sungai Musi

Warna jembatan pun sudah mengalami 3 kali perubahan dari awal berdiri berwarna abu-abu terus tahun 1992 di ganti kuning dan terakhir di tahun 2002 menjadi merah sampai sekarang.

mata uang
Uang Kertas dengan Gambar "Jembatan Ampera"