Makam yang berada di tepi sungai Kaligawe ini memang telah terkenal di seantero negeri ini. Hal ini terbukti dari banyaknya tamu peziarah yang datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia.Tak lepas dari kabar adanya janji kekayaan yang bisa diraih bila menjalankan ritual di makam ini.
Ada syarat dan petunjuk yang harus dijalankan para pencari pesugihan terkait dengan tujuannya datang ke makam itu. Tapi bagi yang cuma mau berziarah, tak ada syarat yang memberatkan.
Mbah Wido yang merupakan juru kunci sekaligus pembimbing bagi mereka yang hendak berburu berkah di makam ini. Karena itu, untuk masuk dan melakukan ritual khusus di makam tersebut, para pengunjung harus menghubungi Mbah Wido. Dan melalui Mbah Wido jugalah, segala pengharapan yang dikehendaki oleh para pengunjung akan disampaikan pada Ki Ageng Syeh Joko.
"Agar keinginan kita terkabul, maka kita harus ritual sebanyak 7 Jum'at lalu ditutup dengan ritual 3 hari 3 malam disini. Untuk tiap kali ritual kita harus menyediakan sesaji berupa dua sisir pisang raja, lalu kembang tujuh rupa, candu, kinangan (perlengkapan makan sirih), dan uang seikhlasnya yang diletakkan diatas sesaji" kata Mbah Wido.
Makam Ki Ageng Syeh Joko memang dipandang sangat ampuh bagi mereka yang menginginkan kekayaan secara instant. Karena itulah, pada malam2-malam tertentu terutama Jum'at, komplek pemakaman ini akan dipadati pengunjung. Sebuah bangunan yang dikhususkan untuk para peziarah sengaja dibangun di depan makam. Bangunan yang terbilang sangat besar ini biasanya akan penuh saat seluruh pelaku pesugihan datang dan berkumpul untuk menjalankan ritual.
Keterkaitan makam Ki Ageng Syeh Joko dengan pesugihan tak lepas dari sejarah di masa hidupnya. Konon tokoh yang masih bersaudara dengan Raden Patah, Raja Demak ini hendak menikah dengan Dewi Lanjar, salah seorang putri dari Ratu Kidul. Namun karena tidak disetujui, sang ratu berusaha menggagalkannya dengan mengajukan syarat yang berat, yaitu membendung sungai dengan uang emas.
Namun karena Syeh Joko terbilang sakti, dia bisa memenuhi syarat tersebut. Yang kemudian membuat Ratu Kidul panik dan memerintahkan Nyi Blorong senopatinya untuk menghancurkan bendungan buatan Syeh Joko. Bendungan dari emas itu akhirnya hancur berserakan. Dan Syeh Joko pun bertarung melawan Nyi Blorong. Dalam pertarungan itu, Nyi Blorong berhasil dikalahkan dan kemudian menyatakan diri menjadi pengikutnya.
Dari cerita itulah kemudian muncul keyakinan bahwa dengan ritual di makam Ki Ageng Syeh Joko makan bisa mendapatkan harta berlimpah yang selama ini dimiliki sang tokoh. Tak hanya itu, bila berhasil melobi dengan baik, maka Ki Ageng Syeh Joko akan bersedia memperbantukan Nyi Blorong yang telah menjadi anak buahnya untuk membantu mencarikan harta kekayaan bagi pelaku pesugihan tersebut.
Karena itulah bentuk pesugihan di tempat ini ada banyak macamnya. Dan bentuk pesugihan mana yang akan didapat biasanya baru diketahui setelah ritual terakhir. Pada malam terakhir itu seorang pelaku pesugihan akan mendapatkan petunjuk terkait apa yang didapat dan dilakukan setelah usai menjalani ritual.
Dan bagi mereka yang berhasil mendapat bantuan gaib dari nyi Blorong, tentunya harus menyediakan berbagai pesyaratan sebagai persembahan kepada makhluk ini, salah satunya adalah menyediakan ruang khusus yang dipakai sebagai tempat meletakkan sesaji serta melakukan hubungan badan dengan si Blorong.
Sebagai perempuan siluman, Blorong dikabarkan suka melakukan hubungan badan dengan manusia yang dibantunya. Dengan proses hubungan badan itulah, dia akan mengikat jiwa orang tersebut, hingga tidak akan bisa lepas. Artinya saat orang itu meninggal, maka dia akan menjadi budak sang siluman.
Tapi sebagai kompensasi atau balasan, sang Blorong akan memberikan kekayaan berlimpah yang bisa datang secara gaib. Dalam pesugihan ini ada upaya pencarian tumbal yang harus disediakan sebagai syarat pesugihan itu. Tumbal yang berupa nyawa manusia memang seringkali dikaitkan dengan laku pesugihan Blorong. Tumbal ini harus selalu disediakan pada malam bulan purnama, sebagai persembahan untuk mengganti seluruh kekayaan yang didapat dan si pencari pesugihan harus selalu menyediakan. Sebab kalau tidak, maka dialah yang akan menjadi korban sendiri.
Proses pencarian korban sendiri hampir tidak bisa dideteksi. Si korban tidak langsung dibunuh. Umumnya mereka yang akan dijadikan calon korban akan diberi barang ataupun makanan yang didapat dari sang Blorong. Nah tugas si pencari pesugihan adalah mengusahakan agar si calon korban mau memakai barang pemberiannya atau memakan makanan yang diberikannya, pada malam bulan purnama. Dengan begitu sang Blorong akan bisa tahu mana calon korban yang akan menjadi mangsanya.
Meski sepintas terlihat cukup mudah namun dalam prakteknya sangat sulit karena belum tentu orang yang dijadikan korban akan mau menuruti kehendak si pencari pesugihan. Maka, biasanya salah satu upaya yang paling efektif adalah mengajaknya datang ke rumahnya di saat malam bulan purnama.
Nah, saat dirumah inilah, dia akan dijamu dengan beragam makanan enak serta diberikan berbagai barang yang bisa dikenakannya malam itu. Dan bila sudah demikian, maka sang Blorong akan segera memangsanya. Namun bukan berarti si calon korban akan langsung mati karena blorong tidak langsung mencabut nyawanya, melainkan hanya mengambil jiwanya untuk dijadikan budak.
Dengan hilangnya jiwa dalam tubuh si korban,maka dia akan hidup tanpa arah seperti orang gila. Yang pada akhirnya bisa mencelakakan dirinya, hingga akhirnya meninggal dunia.Wallahu alam bishawab...
Pesan : Cuma sebagai informasi, segala sesuatunya kembali kepada niat masing-masing karena sesungguhnya dalam surah Al_Fatihah ayat 4 " Kepada-Mu lah kami menyembah dan kepada-Mu lah kami meminta pertolongan"