Lokawisata Baturraden


Lokawisata Baturraden terbentang di sebelah selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 m di atas permukaan laut. Baturraden terletak hanya 14 km dari Kota Purwokerto yang dihubungkan dengan jalan yang memadai. Di tempat wisata ini Anda dapat menikmati pemandangan indah & udara pegunungan yang segar dengan suhu 18' Celcius - 25' Celcius. Sedangkan Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 m, merupakan gunung berapi terbesar dan gunung tertinggi ke-2 di Jawa. Jika cuacanya bagus, Kota Purwokerto dapat terlihat dari Baturraden, begitu juga dengan Cilacap dan Nusa Kambangan. Ketika kita melihat gunung Slamet, kita dapat melihat lereng gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan Heterogen.
Adapun Wahana Rekreasi yang tersedia di Lokawisata Baturraden diantaranya:

  1. Kebun Raya dan TamanBotani
  2. Air terjun
  3. Atraksi Air Terjun
  4. Gumawang
  5. Pemandian air  panas
  6. Kolam renang
  7. Arena mainan anak
  8. Flying Fox
  9. Kereta listrik
  10. Mogen (mobil genjot)
  11. Sepeda Air
  12. Komedi Putar
  13. Teater Alam
  14. Menaran Pandang
  15. Dain lainnya.

Secara keseluruhan, kawasan wisata Baturraden memang sesuai sebagai sarana rekreasi keluarga, perusahaan ataupun perorangan. Selain itu di Baturraden para pengunjung juga dapat melakukan terapi penyakit melalui air panas.Selain wahana rekreasi di Baturraden juga terdapat beberapa air terjun, dimana air yang mengalir cukup deras diantara bebatuan cadas sungai yang membelah kawasan ini. Salah satunya merupakan tempat favorit bagai pengunjung karena berada dilokasi terbuka dengan genangan/tampungan air yang tidak begitu dalam dan sangat sesuai untuk bermain air.
Jalan menuju kelokasi wisata ini dari kota purwokerto dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan. Jadi bila berkunjung/melewati Purwokerto - Banyumas, tidak ada salahnya untuk singgah sejenak minikmati segala sajian di Bumi Wisata Baturraden.

Wana wisata Baturaden

Wana wisata Baturaden terletak 2 km dari lokawisata Baturaden. Di tempat ini dapat dinikmati keindahan alam hutan dilengkapi dengan tempat perkemahan yang dapat menampung 1000 tenda.  Ditempat ini juga terdapat cagar alam dan pembibitan tanaman produksi seperti cemara, pinus, dan sebagainya. Wana Wisata Baturaden dilengkapi dengan wiswa yang berkapasitas 11 kamar tidur.
Bila pengunjung  ingin lebih menghayati lingkungan alam di sana, pengunjung dapat  melakukan Perkemahan dengan lebih merasakan lingkungannya yang indah. Camping Grounds Baturaden juga telah dilengkapi dengan peralatan perkemahan yang dapat disewa oleh pengunjung.
Apabila ingin berolah raga juga telah tersedia lapangan tenis dan jalan-jalan setapak yang siap mengarahkan pengunjung melakukan olahraga lintas alam sambil mengamati keindahan hutan damar (Agathis sp) yang tertata rapi. Disamping itu  para wisatawan dapat mengetahui dan memperdalam pengatahuannya tentang pengelolaan hutan damar secara lestari, Batur Raden merupakan tempat yang tepat dan lengkap mulai dari persemaian, penanaman, tanaman berbagai kelas umur, sadapan dan tebangan.
Bumi perkemahan  Baturaden luasnya sekitar 30 hektare, dilengkapi dengan fasilitas pendukung. Seperti, sarana air bersih, gedung pertemuan Kerti Wana yang mampu menampung 500 orang. Selain untuk perkemahan, bumi perkemahan ini banyak dimanfaatkan untuk kegiatan outbond dan outing oleh instansi pemerintah, swasta, lembaga pendidikan dan mahasiswa. Termasuk juga mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed Purwokerto untuk pelatihan kepemimpinan.
Wana wisata Baturaden yang luasnya 69,3 hektare juga dilengkapi dengan tiga jalur jungle tracking dengan jarak tempuh yang berbeda. Yaitu, jalur Rasamala hanya 2 km, jalur Damar sekitar 3 km dan jalur Palawi menempuh jarak 6 km."Jalur ini dimaksudkan agar para pencinta alam dan masyarakat umum dapat menikmati keindahan alam. Apalagi lokasinya sangat cocok untuk kegiatan family gathering. Baturraden jungle tracking ini dibuat dengan konsep back to nature.
Setiap pengunjung dengan jumlah paling sedikit 15 orang akan dipandu petugas wana wisata mengelilingi hutan. Di antaranya, untuk melihat flora dan fauna dengan menyusuri semak belukar, sungai kecil, aroma pohon damar dan pinus.
"Jika beruntung mungkin akan dapat menjumpai satwa elang Jawa, lutung atau monyet yang kini sudah tergolong langka dan dilindungi." Di tengah perjalanan melintasi hutan itu, pengunjung akan disuguhi sajian makanan dan minuman ringan khas pedesaan, dengan sarana yang terbuat dari bahan alami dari tempurung kelapa.

Desa Wisata Ketenger - Batu Raden


Baturaden memiliki desa wisata yang berfungsi sebagai penyangga utama obyek wisata Baturaden. Dengan potensi alamnya yang benar-benar diandalkan sebagai potensi wisata, seperti Curug Gede, Curug Kembar, Curug Kabayan. Di samping itu masih ada Rumah Putih, Jalan Kereta Tebu (Jawa: LORI); dan Wisata Pendidikan.

Dengan kesejukan alamnya dan pengairan yang baik, dua hal ini yang oleh masyarakat Desa Wisata Ketenger dimanfaatkan untuk menanam bunga potong dan kolam pancingan, sehingga itu semua bisa menambah daya tarik bagi wisatawan.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Ketenger dapat menikmati indahnya suasana malam hari dengan hiburan kesenian seperti Calung, Ebeg, Band/Orkes Melayu ataupun Genjring. Masyarakat di Desa Wisata Ketenger menyediakan Home Stay sebanyak 41 rumah dengan kamar tidur sejumlah 74, dengan fasilitas cukup memadai. Bagi wisatawan mancanegara tidak perlu repot karena tenaga guide berbahasa Inggris telah siap, sekaligus tersedia berbagai cinderamata khas setempat.
 Masyarakat di Desa Wisata Ketenger telah mampu membuat kerajinan tangan berupa tas tangan dari mute, meja-kursi atau patung dari akar pohon dan makanan khas Banyumas. Itulah potensi yang terkandung di desa Wisata Ketenger Kecamatan Baturraden, yang masih terus diupayakan peningkatannya demi kepuasan wisatawan.

Obyek Wisata Pancuran Pitu, Baturaden

wisata pancuran pitu
Pancuran pitu (Jawa, pitu = tujuh) adalah merupakan objek wisata air panas yang bersumber dari tujuh mata air. Lokasinya terletak kurang lebih 2,5 km dari gerbang objek wisata Baturaden. Berbeda dengan pancuran telu (Jawa, telu = tiga) yang terletak didalam kawasan baturaden.

Tidak sulit menemukan sumber air panas pancuran pitu tersebut, karena lokasinya dapat ditempuh melalui dua bentuk perjalanan. yaitu dengan berjalan kaki atau dengan akses kendaraan umum ataupun pribadi.

Untuk perjalanan kaki pengunjung dapat melalui loka wisata Baturraden yang didalamnya terdapat dua jalur alternatif. Untuk jalur utama pengunjung dapat langsung menuju pancuran pitu dengan menyusuri jalan setapak dengan mengikuti petunjuk jalan yang telah disediakan oleh pengelola wisata Baturraden, dan yang kedua pengujung dapat sampai ke pancuran pitu dengan terlebih dahulu memasuki area pemandian air panas pancuran telu. Dari pancuran telu ataupun mengikuti jalur utama, keduanya memiliki tantangan seru yaitu perjalanan dengan menjelajahi hutan dengan suguhan keragaman hayati dengan vegetasi yang sangat terjaga dengan baik.

Pancuran pitu sendiri memang berupa aliran air panas yang memancar dari celah-celah bebatuan dengan ketinggian ± 1 meter. Air yang mengalir nampak mengeluarkan uap panas dan bebatuan yang dilewatinya berubah menjadi berwarna merah kecoklatan.

Menelusuri kearah mana air panas tersebut mengalir, para pengunjung akan menemukan pemandangan yang belum pernah dilihat ditempat manapun sebelumnya. Sebuah tebing berwarna coklat muda diselingi warna hijau tampak mengepulkan asap. Seluruh bagian tebing tersebut dialiri air panas yang mengalir secara perlahan kebagian bawah tebing, sehingga tampak seperti batu ber-uap. Kombinasi warna yang menarik dan sangat indah sekali untuk dinikmati, suatu hal yang membuktikan bahwa warna natural memang selalu serasi dan "enak" dilihat mata.

Sebuah tangga disebelah kanan tebing batu ini, memungkinkan pengunjung untuk turun, menikmati pemandangan indah dari sisi bawah tebing. Dan perlu anda tahu, tidak semua air yang mengalir di bebatuan ini adalah air panas, terbukti dari air yang mengalir dekat anak tangga adalah air dengan suhu yang lebih dingin. Akibatnya sesampai di bagian bawah campuran keduanya menjadikan suhu air lebih dingin dibandingkan bagian atasnya.

Dan beranjak dari pancuran 7 menelusuri jalan setapak wisatawan dapat menikmati kesegaran air hangat dan dingin di Goa Selirang yaitu goa dengan bebatuan warna keemasan yang terbentuk secara alami dan Goa ini merupakan rangkaian wisata dari pancuran 7.

Berwisata ke Pancuran Telu, Baturaden

wisata pancuran telu
Pancuran Telu adalah tempat Pemandian air panas terbuka yang terletak di wana wisata Baturaden. Sebutan pancuran telu karena adanya tiga buah mata air panas yang berupa pancuran sehingga dikenal dengan sebutan pancuran telu (jawa, telu=tiga). Untuk mencapai pemandian pancuran telu ini, dilakukan rjalan terlebih dulu kebagian dalam atau sisi lain dari bukit/lembah yang ada pada lokasi ini.


Keunikan Pancuran Telu 

Air Pancuran Telu dipercaya mengandung berbagai mineral yang bisa menyembuhkan beragam penyakit kulit dan rematik, jadi jangan heran jika Anda bertemu dengan orang-orang setengah baya berkumpul untuk mandi di sana. Bebatuan di Pancuran Telu yang berwarna coklat kemerah-merahan menunjukkan air yang mengalir kaya akan unsur belerang.

Meskipun belerang bagus untuk kulit, sebuah papan peringatan disalah satu sudut lokasi memperingatkan para pengunjung agar tidak berendam lebih dari 15 menit karena bisa membuat kulit kemerahan dan mengelupas. Bila Anda sudah selesai berendam air panas, bisa beralih mandi dibawah pancuran air dingin yang juga tidak jauh dari lokasi perendaman.

Didalam Pancuran Telu ini ada yang namanya “Petilasan Mbah Tapa Angin”, penduduk setempat percaya Mbah Tapa Angin adalah orang pertama yang menemukan kawasan ini. Petilasan Mbah Tapa Angin sebenarnya hanya sebuah ceruk kecil mirip gua dengan keramik putih yang melapisi bagian dalamnya. Bila Anda ingin masuk ke dalamnya, siap-siap mencium bau dupa dan sesaji yang menyengat karena tempat ini juga dikenal sebagai persemedian bagi pertapa.

Meskipun pemandangannya indah, Pancuran Telu memiliki sebuah mitos yang diyakini masyarakat setempat. Mitosnya, bila pasangan kekasih pergi ke tempat ini, maka mereka akan putus hubungan. Percaya atau tidak, itu terserah Anda. Namun bila Anda pergi ke Purwokerto, sempatkanlah pergi ke bumi wisata Baturaden dan mandi belerang di Pancuran Telu.

Asal Usul Obyek Wisata Baturaden

obyek wisata baturaden
Baturaden adalah Kawasan dengan ketinggian sekitar 640 meter di atas permukaan laut (dpl) dan berjarak sekitar 14 kilometer arah utara Purwokerto, Jawa Tengah, terkenal memiliki pemandangan alam yang indah.

Suhu udara di Baturaden yang berkisar 18--25 derajat Celsius itu menawarkan berbagai panorama alam dan atraksi kesenian tradisional Kabupaten Banyumas.

Selain itu, terdapat kafe-kafe yang menyajikan live music maupun karaoke buat pengunjung yang ingin hiburan atau menyalurkan bakat tarik suaranya. Biasanya kafe ini mulai beroperasi sore hingga malam hari sebagai sarana hiburan pengunjung yang menginap di kawasan Baturaden. Sama halnya dengan kawasan puncak, di Baturaden ini terdapat vila-vila yang disewakan bagi pengunjung atau wisatawan.

Wisatawan pun dapat dengan mudah menjangkau kawasan wisata itu lantaran akses jalan utama dari Purwokerto menuju Baturaden dalam kondisi baik sehingga memberi kenyamanan dalam berkendaraan.

Wisatawan dapat juga menggunakan jalan alternatif untuk menuju Baturaden dengan melalui Desa Wisata Ketenger, sembari menikmati suasana pedesaan yang tenang meski jarak tempuhnya sedikit lebih jauh dibanding dengan jalur utama.

Untuk menikmat panorama Baturaden, wisatawan dapat memilih kunjungan ke lokawisata, wanawisata, atau keduanya lantaran di kawasan ini terdapat dua objek wisata yang dikelola dua instansi berbeda.

"Di kawasan wisata Baturaden terdapat dua objek kunjungan, yakni lokawisata yang dikelola Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan wanawisata milik PT Palawi," kata Kepala Bidang Objek dan Pemasaran Wisata Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten Banyumas Darwis Tjahjono.


Asal usul Baturaden

Keberadaan Baturaden tidak lepas dengan dua cerita yang telah melegenda secara turun-temurun tentang asal-usul tempat tersebut yakni Kadipaten Kutaliman dan Patilasan Syekh Maulana Maghribi.

Dalam versi pertama disebutkan tentang kisah cinta seorang pembantu dengan putri seorang Adipati dari Kadipaten Kutaliman yang berada di sebelah barat Baturaden.

Kisah cinta mereka tidak direstui sang adipati dan diusir dari kadipaten. Pada akhir pengembaraannya, mereka menemukan sebuah tempat yang asri dan diputuskan untuk menetap di sana.

Berdasar pada kisah tersebut, tempat itu dikenal dengan nama "Baturaden" yang berasal dari kata "batur" (pembantu) dan "raden" (majikan).

Sementara itu, dalam versi lain menyebutkan pada saat Syekh Maulana Maghribi (ulama dari Turki) melakukan perjalanan menyebarkan agama Islam dan menetap di Banjarcahyana, dia menderita penyakit kulit yang sulit disembuhkan.

Dia pun menjalankan salat tahajud dan mendapatkan ilham agar pergi ke Gunung Gora. Dengan ditemani sahabatnya, Haji Datuk, dia berangkat ke gunung itu.

Sesampainya di lereng gunung itu, Syekh Maulana Maghribi meminta Haji Datuk meninggalkannya. Di tempat itu, dia menemukan sumber air panas dengan tujuh pancuran sehingga disebutnya sebagai Pancuran Pitu.

Selama berada di sana, Syekh Maulana Maghribi selalu menggunakan air tersebut untuk mandi hingga akhirnya penyakit kulit yang diderita hilang.

Warga di sekitar Pancuran Pitu menyebut Syekh Maulana Maghribi dengan sebutan Mbah Tapa Angin atau Mbah Atas Angin lantaran berasal dari negeri yang sangat jauh.

Hingga kini, tempat yang pernah ditempati Syekh Maulana Maghribi dikenal dengan Patilasan Mbah Tapa Angin dan selalu dikunjungi orang-orang dari wilayah Pekalongan, Banjarnegara, dan Purbalingga setiap malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon.

Sementara itu, tempat teman Syekh Maulana Maghribi menunggu dikenal dengan nama Baturaden yang berasal dari nama Haji Datuk Rusuhudi yang artinya pembantu setia. Selain itu, nama Gunung Gora pun diganti dengan Gunung Slamet yang berarti selamat.

SEJARAH SENAYAN

Kawasan Senayan mulai banyak dikenal sejak didirikan gelanggang olahraga bertaraf internasional dengan nama Gelora Bung Karno, yang dibangun awal 1960-an atas bantuan Uni Sovyet pada zaman PM Nikita Kruschev. Ada yang menyatakan PM Uni Soviet ini kecewa karena tidak ada tanda-tanda prasasti yang menyebutkan Uni Soviet-lah yang membangunnya.
Senayan, dengan luas 270 hektar, dalam bahasa Betawi berarti senenan — jenis permainan berkuda. Nama itu diperkirakan muncul sejak Masda Inggris, Thomas Raffles (1808-1811), menjadikannya sebagai tempat warga Inggris bermain polo, mengingat warga negara itu sangat menggemari permainan berkuda.

Berdasarkan peta yang diterbitkan oleh Topographisch Bureau Batavia, tahun 1902, nama kawasan Senayan masih ditulis Wangsanajan, atau Wangsanayan menurut Ejaan Yang Diperbaharui. Kata wangsanayan dapat berarti ‘tanah tempat tinggal’ atau tanah milik sesorang bernama Wangsanaya. Lambat laun nama itu berubah jadi Senayan.

Kawasan sekitar Senayan, yang dulu menjadi tempat tinggal warga Betawi, kini berubah menbjadi pusat kegiatan bisnis dan perhotelan. Hingga pada tahun 1990-an, pada masa Orde Baru, ada kelompok yang berambisi untuk memindahkan gelanggang olahraga ini ke Cengkareng. Untungnya tidak terlaksana, karena terhalang krisis moneter.